Saturday, April 8, 2017

Episode 14 Novel Rainbow Star

*      MENGHADAPI GAVIN
           


            Seluruh keping bintang hitam akhirnya berhasil disatukan, terjadi pancaran sinar yang begitu menyilaukan mata ketika kakek Jerolin menyatukan seluruh keping.

            29 hari telah terlewati, tidak ada pergantian malam di bumi karena pengaruh kejahatan dari Gavin. Waktu mereka untuk menyelamatkan dunia kurang dari satu hari, hanya tinggal beberapa jam saja.

            Dari jarak jauh, dapat terlihat patung itu. Patung gorilla hasil kerja keras monyet-monyet anak buah Gavin sudah hampir selesai. Monyet-Monyet itu sudah sibuk menyempurnakan bentuknya. Patung gorilla raksasa dengan dua tangan gagah di depan, berwarna hitam pekat, dan bermulut terbuka dimana gigi-gigi runcing terlihat menyeramkan itu seakan mampu menelan bulat-bulat sebuah gunung setinggi apapun juga, membuat mata dari kelima anak pemegang Rainbow star terbelalak dan bergidik ngeri.

            “Astaga..” Kosmo menelan ludah melihatnya. Wajah Kosmo terlihat pucat, tapi warna pucat itu nampak bukan seperti pucat ketakutan. Ada hal lain yang membuat wajah anak laki-laki gemuk itu terlihat lemah.

            “Apa yang akan terjadi jika patung gorilla itu selesai?” Andet bertanya ke kakek Jerolin.

            “Ia akan mengisap seluruh roh manusia yang terkurung di dalam patung... Kalau itu terjadi, artinya tamatlah nasib bumi... Bumi akan dikuasai oleh seluruh gorilla..”

            “Haiyaa.. Jangan sampai, jangan sampai hal itu terjadi..”

            Andet meremas tangan erat, kebenciannya kepada Meara masih bersemayam di hatinya.
            Tanpa banyak berkata lagi mereka pun berangkat menuju ke tempat kediaman Gavin. Jerolin menunggangi Lion bersama dengan Feri.

            Dari udara terlihat perkumpulan monyet rapat di bawah, seakan kumpulan semut. Sialnya pula, ketika dalam perjalanan, segerombolan monyet terbang datang menyergap. Dabo mendapat serangan mendadak, membuat Dabo hilang konsentrasi untuk terbang, akibatnya Dabo mengecil dan mereka berdua terjatuh. Dan rupanya Kosmo dan Dabo telah hilang kesadaran.

            “Kosmo... “ Ling-ling berteriak, menyuruh Fly-Fly untuk menyusul Kosmo dan menyelamatkan mereka. Tidak perlu diperintah kedua kali Fly-Fly meluncur cepat ke bawah membelah udara. Yang lainnya menyusul sembari terus melawan monyet-monyet terbang menggunakan kekuatan masing-masing.

            Beruntung Kosmo mampu disambar oleh Fly-Fly dan Ling-ling berhasil menangkap Dabo.

***

            “Apa yang terjadi..?” Feri bertanya setelah Kosmo diletakkan ke darat. Kosmo dan Dabo tidak sadarkan diri, tubuh mereka perlahan menghitam. Kakek Jerolin memeriksa, menyentuh wajah gembung Kosmo, melihat tangan Kosmo.

            “Dia terkena racun milik kraken..” Kakek Jerolin akhirnya berkata.

            Rupanya disaat Kosmo  menghadapi Kraken waktu itu, tinta racun telah bersarang di dalam darah Kosmo melalui percikan kecil itu. Karena Kosmo tidak sadarkan diri, akibatnya merembet pula pada Dabo.

            “Haiya..Lalu apa yang harus kita lakukan..?” Ling-Ling sedikit panik. Ling-Ling memang sudah semakin akrab dengan mereka semua, kecual Andet. Walaupun demikian sesungguhnya Ling-Ling menaruh hati pada pria berambut panjang dan bersikap dingin itu.

            “Kita tinggalkan saja dia..” Andet berkata datar. Kembali mengeluarkan pedang hendak menyerang monyet-monyet yang mulai kembali mendatangi mereka. Dan kali ini jumlahnya tidak sedikit, tapi ribuan ekor, memenuhi tanah lapang berumput disitu.

            “Haiyaa..” Ling-Ling gemetar, perhatiannya telah beredar ke gerombolan monyet. Gerombolan monyet semakin merapat.

            “Walau bagaimanapun, kita tidak bisa meninggalkan Kosmo. Mengorbankan satu nyawa seorang teman, sama halnya telah membunuh seluruh penduduk bumi..” Kakek Jerolin berkata sembari memikirkan apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Kosmo.

            “Aku tahu sebuah tanaman yang mampu menghilangkan racun... Namun aku perlu konsentrasi tinggi untuk menghadirkannya, dapatkah kalian melindungi kami..?” Vera berkata.

            “Kalau urusan itu serahkan kepada kami, dan urusan Kosmo kami serahkan kepada kamu, Vera..” Feri berkata. Mengeluarkan toya dan siap menyerang.

Feri, Ling-Ling, Andet dan Jerolin berdiri dari setiap sudut melindungi Vera dan Kosmo yang berada di tengah. Vera berkonsentasi penuh, pikirannya mencoba mengingat bagaimana rupa tanaman obat itu.

            Andet, Kosmo, Jerolin, dan Ling-Ling sudah mulai menghadapi ribuan monyet. Mereka menyerang menggunakan kekuatan masing-masing. Jerolin merubah dirinya menjadi kucing, dan memberikan gigitan serta cakaran ke arah monyet-monyet, gigitan dan cakaran itu bukanlah cakaran dan gigitan biasa, kuku dan gigi-gigi tajam kucing tua itu mampu membunuh satu monyet hanya dengan beberapa kali serangan.

            Andet menebaskan pedang, meskipun Andet belum terlalu mampu mengendalikan petir dalam pedang itu, ia berhasil membunuh puluhan monyet dalam sekali tebasan, petir menyambar ke banyak musuh. Tak hanya dengan pedang, kekuatan api juga Andet hembuskan untuk melawan monyet-monyet yang seakan tak pernah habis.

            Feri menembakkan bola-bola tanah, tak hanya mengandalkan kekuatan tanah Andet pun lincah memutar toya, menghantam monyet-monyet itu. Sejauh ini belum ada diantara kumpulan monyet yang mampu mencakarnya.

            Ling-Ling tak mau ketinggalan, kekuatan air yang dikeluarkannya telah berhasil membunuh beberapa monyet. Kipaspun ia mainkan, anak-anak panah dari hembusan kipas juga menembus tubuh dari beberapa monyet.

***

            Kehadiran monyet-monyet seakan tak pernah henti. Setelah beberapa monyet dibunuh dan menghilang, beberapa ekor monyet kembali berdatangan. Monyet-monyet kecil itu memang bukanlah musuh yang tangguh bagi mereka. Tapi menghadapi musuh secara terus menerus seperti ini membuat tenaga dalam mereka mulai terkuras.

            Sementara itu Vera masih berkonsentrasi untuk mengeluarkan tanaman obat. Bukan perkara mudah bagi Vera dalam menghadirkan tanaman obat itu. Karena ini kali pertama Vera mencoba mengeluarkan tanaman yang berbeda.

            Bulir-bulir keringat mulai membasahi pelipis wanita tomboy itu. Kedua tangan ia tangkupkan. Dan akhirnya beberapa lembar daun tanaman obat muncul di tangannya.  “Aku membutuhkan air..” Vera berkata dalam hati. Ia ingat bahwa masih menyimpan air dalam botol kecil di kantongnya yang diambil di dalam piramida. Vera mengambilnya, dan memasukkan daun obat ke dalam air. Ketika obat itu baru hendak dimasukkan ke dalam mulut kosmo. Suara tertawa (jahat) terdengar dari atas, semuanya mendongak, perlawanan gerombolan monyet terhenti sejenak, bersujud. Di atas sana terlihat satu ekor monyet besar bersayap, namun bukan itu yang menjadi perhatian, terutama bagi kakek Jerolin. Melainkan seseorang yang berada di punggungnya, dialah Gavin si Gorilla berkepala tiga yang tengah berwujud kakek tua berpakaian hitam sepenuhnya. Angin berhembus kencang tiba-tiba datang seakan menyambut kehadiran makhluk tersebut. Tatapan matanya sangat menyeramkan.

            “Makhluk-Makhluk menyedihkan.. Percuma saja kalian melakukan apapun.. Dunia ini sudah tamat..” Gavin berkata dengan nada berat.

            “Apakah dia yang bernama Gavin?” Andet berkata dalam hati.

            “Gavin, kenapa kau melakukan semua ini..?” Jerolin bertanya. Sudah lama ia tidak bertatapan langsung dengan teman lamanya itu.

            Gavin memandangi sejenak sahabat lamanya itu, dan membuka bibirnya “Ada banyak hal yang tak kau kau pahami, Jerolin. Kau merupakan hewan yang berbeda denganku. Kau adalah kucing rendahan, tidak mempunyai keluarga. Sementara aku, aku mempunyai keluarga..” Gavin melompat dari punggung monyet raksasa terbang, “Dan Meara mengacaukan itu semua..” Gavin berkata penuh kebencian setelah sampai di bawah.

            Seakan disambar petir, Jerolin sungguh terkejut mendengar perkataan sahabat lamanya itu. Bukan tentang penghinaan Gavin, tapi tentang kalimat terakhir Gavin.

            “Mengacaukan..? Apa maksudmu dengan mengacaukan..?” Jerolin tidak mengerti.
            “Semenjak Meara menempelkan bintang di keningku, semenjak itulah cerita dalam hidupku berubah.. Semua keluargaku menjauh karena rupaku yang berbeda.. Mereka pergi meninggalkanku dengan alasan ketakutan..”

            Jantung Andet berdenyut kencang saat mendengarkan perkataan Gavin barusan, itu semua sama seperti yang pernah ia rasakan. Yah, Andet merasa kalau nasib mereka sama. Andet merasa kalau perasaan dirinya dengan Gavin mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama membenci Meara.

            Sementara di pikiran Ling-Ling, Vera dan Feri penuh kebingungan, bukankah kakek Jerolin mengatakan kalau Gavin melakukan semua ini karena keserakahan? Kalau yang dikatakan Jerolin adalah salah, itu berarti Gavin melakukan ini semua demi membalas dendam.

            “Jika Gavin melakukan semua ini benar karena balas dendam, akan lebih sulit menghadapinya.. Biasanya kekuatan si pembalas dendam akan jauh lebih kuat dibanding kekuatan si serakah.. “ Pikir Feri.

            “Itulah mengapa berhati-hatilah dalam menyakiti seseorang..” Lion menyahut dalam bisikan hati.

            “Oi-Oi kenapa kau ikut-ikutan bicara...” Feri berkata kesal di dalam hati.

            “Ini bukan salah aku Feri, kau merupakan satu-satunya pemegang Rainbow Star yang mampu berbicara dengan zoodam melalui kata hati. Itu menjadi resiko untukmu..”

            Feri mengembuskan napas panjang, tak merasa senang akan kelebihannya yang satu ini.

            “Sebentar lagi... Sebentar lagi impianku akan terselesaikan... Kau lihat Jerolin, bisakah kau lihat, Patung Gorilla itulah yang akan mengantarkanku pada impian. Tinggal beberapa jam lagi, manusia dibumi akan musnah.. Ha..ha..ha “ Gavin tertawa penuh kemenangan. Namun tidak beberapa lama tawa itu dibungkam, rupanya ada sebuah tongkat telah menembus lengan kirinya tanpa ia sadari. Mata Jerolin penuh kemarahan, pandangannya beralih ke arah yang telah menyerangnya. Adalah Feri yang melakukannya, Feri memanjangkan tongkat, tersenyum meremehkan.

            “Masih mau tertawa, hah..?” Feri mengangkat kedua alis, menarik toya kembali. Ling-Ling menahan tawa menyaksikannya. Gavin melirik sekejap tangannya yang telah banjir darah. Berteriak kencang penuh kemarahan, ia langsung merubah dirinya menjadi gorilla berkepala tiga.

            “Haiya.. Kau memacing kemarahannya Feri..” Ling-Ling bergidik ngeri, tidak ingin tertawa lagi.

Lautan monyet mulai beraksi kembali, menyerbu mereka.

            “Kau lanjutkan menyelamatkan Kosmo, Vera. Kami akan melindungimu..” Kakek Jerolin berkata. Maju menghadapi Gavin. Vera mengangguk, konsentrasi kembali untuk menyembuhkan Kosmo. Ia memberikan ramuan ke mulut kosmo, lantas keduatangannya ia letakkan di kening Kosmo, mengandalkan energi Aerokinesis untuk mempercepat proses ramuan itu dalam menyembuhkan. Grin ikut menyumbangkan energinya ke zoodam milik Kosmo.

            Seluruh Zoodam lainnya memperbesarkan ukuran, membantu menghadapi ribuan monyet.

            Sementara itu Jerolin dan Gavin bertarung secara sengit, Jerolin menyadari bahwa dirinya tidak akan sanggup melawan Gavin. Terbukti ketika ia pertama kali menyerang, Gavin sudah terlebih dahulu mengantamkan pukulan ke kucing tua itu. Namun Jerolin tak mau menyerah, ia tak bisa terus membiarkan kejahatan yang dilakukan oleh Gavin. Jerolin tidak bisa mengenai sedikitpun kulit Gavin, ia hanya mampu menangkis. Hingga serangan berikutnya Jerolin terkena tinjuan, ia terpental jauh membelah udara.

            “Kakeekkk!!”  Pandangan  Feri mengarah ke kakek Jerolin, hanya saja ia lengah, karena itu monyet di belakangnya sudah  nyaris mencakar, beruntung Lion menolong dengan kekuatan Terrakinesisnya. Feri yang melihat kakek Jerolin cepat membuat dinding tanah untuk menahan. Jerolin melenguh kesakitan. Bintang hitam terpelanting dari kantongnya, Jerolin kembali meraih bintang itu, tangannya gemetaran. “Bintang hitam ini harus cepat di letakkan di kening Gavin..” katanya.

            Gavin sudah berhadapan dengan Feri, sama halnya seperti Jerolin barusan, ia pun kewalahan menghadapi makhluk berbulu lebat itu, berulang-ulang Feri melontarkan bola-bola tanah, namun hal tersebut gampang sekali ditangkis oleh tangan gempal si Gorilla berkepala tiga itu. Gavin mengaung ganas, ketiga mulutnya menampakkan gigi-gigi runcing. Sebagai balasan serangan oleh Feri barusan, Gavin mulai melakukan sesuatu... Dari ketiga mulutnya memancarkan bongkahan cahaya merah. Tidak berselang lama, bongkahan cahaya ia lontarkan ke udara. Tiga cahaya itu melayang tinggi. Turun perlahan, dan menyentuh tiga dari ribuan monyet. Terjadi sesuatu pada ketiga monyet itu, ketiganya menyatu dan akhirnya menjadi seekor monyet raksasa. Ribuan monyet kecil hilang semuanya, Gavin tertawa penuh kemenangan dalam wujud manusianya kembali.

            “Aku tidak akan menghabiskan waktu bersama kalian..” Ia meloncat ke punggung monyet terbang lagi, “Silahkan kalian semua bermain-main besama monyet peliharaanku yang satu itu..” Lantas Gavin terbang menjauh..


            Ling-Ling, Feri Andet, dan Jerolin tercengang melihat monyet raksasa itu.

BACA episode 13 DISINI

No comments:

Post a Comment